Halaman

  • Beranda

Senin, 30 Juli 2012

Kenapa Orang Sunda Tidak Mau disebut Orang Jawa?

Ketika saya bepergian keluar negara dari Indonesia, atau bahkan pergi keluar pulau Jawa seperti ke Bali, Sumatera atau Kalimantan, orang akan memanggil saya sebagai orang Jawa. Itu dikarenakan memiliki KTP Bandung yang memang terletak di Pulau Jawa. Padahal, bagi masyarakat di pulau Jawa bagian Barat atau lebih dikenal dengan propinsi JaBar, mereka tidak bisa disebut sebagai ‘orang Jawa’ atau berasal dari ‘suku Jawa’. Penduduk di provinsi ini lebih dikenal dengan sebutan ‘orang Sunda’ atau ‘suku Sunda’.
Sementara daerahnya sering terkenal dengan sebutan ‘Tatar Sunda’ PaSundan, atau ‘Bumi Parahyangan’ dengan Bandung sebagai pusatnya.

Kultur Budaya
Suku Sunda atau masyarakat Sunda merupakan mayoritas penduduk Jawa Barat. Dalam catatan sejarah, pada tahun 1851 suku Sunda sudah merupakan penduduk terbesar di Jawa Barat yang berjumlah 786.000 jiwa. Pada tahun 2008, suku Sunda diperkirakan berjumlah lebih kurang 34 juta jiwa.

Secara fisik sulit dibedakan antara orang Sunda dan orang Jawa yang sama-sama mendiami Pulau Jawa. Perbedaan yang nampak sebagai penduduk Pulau Jawa, akan tampak jelas ditinjau dari segi kebudayaannya, termasuk bahasa, jenis makanan yang disukai dan kesenian yang dimiliki.

Berbeda dengan ‘suku Jawa’ yang mayoritas hidup di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, suku Sunda tidak menggunakan bahasa Jawa tetapi bahasa ‘Sunda’.

Bahasa Jawa dan bahasa Sunda jelas memiliki perbedaan yang signifikan. Selain memang mempunyai perbedaan ejaan, pengucapan dan arti, bahasa Jawa lebih dominant dengan penggunaan vocal ‘O’ diakhir sebuah kata baik itu dalam pemberian nama orang atau nama tempat, seperti Sukarno, Suharto, Yudhoyono, Purwokerto, Solo dan Ponorogo. Sementara bahasa Sunda lebih dominant berakhiran huruf ‘A’ seperti Nana Sutresna, Wiranata, Iskandar Dinata, Purwakarta dan Majalaya.

Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, suku Sunda dikenal sebagai masyarakat yang senang memakan sayuran atau daun-daunan sebagai ‘lalaban’. Bagi orang Sunda, dedaunan dan sambal merupakan salah satu menu utama setiap makan selain tentunya lauk pauk lain seperti ikan dan daging.

Selain kebudayaan dan makanan, salah satu karakteristik orang Sunda adalah terkenal dengan karakternya yang lembut, tidak ngotot dan tidak keras. Mereka bersikap baik terhadap kaum pendatang atau dalam bahasa Sunda ‘someah hade ka semah’.

Karena sifat inilah tak heran kalau penetrasi agam Islam ke daerah Sunda ketika pertama kali Islam datang, sangat mudah diterima oleh suku ini. Sebagaimana mayoritas penduduk Indonesia, Islam merupakan agama mayoritas orang Sunda. Yang membedakannya, kelekatan orang Sunda terhadap Islam dipandang lebih kuat dibanding dengan orang Jawa pada umumnya. Meskipun tentunya tidak sekuat orang Madura dan Bugis di Makassar.

0 komentar:

Posting Komentar